Lima Peristiwa Sejarah Penting dalam Pelaksanaan Sholat Tarawih di Bulan Ramadan

Ibadah sunnah Sholat Tarawih setiap bulan Ramadan menyimpan kisah sejarah yang sangat menarik. Berdasarkan informasi dari laman RRI, terdapat lima periode penting yang menggambarkan evolusi ibadah Sholat Tarawih dalam sejarah perjalanan Islam. Di bulan Ramadan ini, umat Islam berlomba-lomba mencari pahala melalui pelaksanaan ibadah Tarawih. Yuk, kita ulas bersama sejarahnya sambil menemani para Sahabat Assafar ngabuburit!

INFORMASI

Assafar (dari berbagai sumber)

3/5/20252 min read

Pelaksanaan ibadah sunnah Sholat Tarawih pada Ramadan 2025 menyimpan kisah sejarah yang sangat menarik. Berdasarkan informasi dari laman RRI, terdapat lima periode penting yang menggambarkan evolusi ibadah Sholat Tarawih dalam sejarah perjalanan Islam. Di bulan Ramadan ini, umat Islam berlomba-lomba mencari pahala melalui pelaksanaan ibadah Tarawih. Yuk, kita ulas bersama sejarahnya sambil menemani para Sahabat Assafar ngabuburit!

1. Zaman Nabi Muhammad SAW
Semua bermula ketika Nabi Muhammad SAW pertama kali melaksanakan Salat Tarawih pada tanggal 23 Ramadan di tahun 2 Hijriah. Saat itu, Rasulullah SAW mengerjakan ibadah ini di masjid—dan terkadang di rumah—sebagai contoh teladan bagi umatnya. Pelaksanaannya terdiri dari 11 rakaat, yakni 8 rakaat Tarawih dan 3 rakaat Witir, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA dan dicatat oleh Imam Bukhari.

2. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (14 H/635 M), ibadah Tarawih mulai dilaksanakan secara berjamaah di Masjid Nabawi. Awalnya, jumlah rakaat yang dilakukan sama dengan teladan Nabi, yakni 11 rakaat. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul riwayat yang menyebutkan bahwa jumlah rakaat kemudian bertambah menjadi 20, sebagai hasil interpretasi ajaran para tabi’in.

3. Era Dinasti Umayyah dan Abbasiyah
Di bawah pemerintahan Khalifah Mu‘awiyah bin Abi Sufyan (60 H/680 M), jumlah rakaat Salat Tarawih di Masjid Nabawi meningkat drastis menjadi 39 rakaat, termasuk Witir. Tradisi ini bertahan hingga abad ke-4 Hijriah. Namun, saat Dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah menguasai Mekkah dan Madinah, jumlah rakaat diubah kembali menjadi 20 sesuai kebijakan mereka.

4. Kebangkitan Tradisi Abad Ke-8 Hijriah
Kota Madinah kembali berada di bawah kekuasaan Sunni, terutama di bawah pengaruh Mazhab Maliki. Pada masa inilah tradisi 39 rakaat Salat Tarawih dihidupkan kembali oleh Imam al-‘Iraqi (w. 806 H/1403 M). Ibadah ini dibagi dalam dua sesi: 20 rakaat setelah Salat Isya dan 16 rakaat menjelang Subuh, ditambah 3 rakaat Witir. Tradisi ini berlangsung lama di Masjid Nabawi.

5. Era Modern dan Standarisasi
Setelah Perang Dunia I (1914-1918) dan runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah, terjadi perubahan besar dalam pelaksanaan ibadah Tarawih. Pada tahun 1344 H/1926 M, Arab Saudi di bawah Raja Abdulaziz mengambil alih Mekkah dan Madinah, lalu menetapkan kembali standar Salat Tarawih di Masjid Nabawi menjadi 20 rakaat. Hingga kini, standar inilah yang terus dipertahankan.

Sahabat Assafar, bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat berharga untuk memperkuat keimanan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mari kita manfaatkan setiap malam Ramadan dengan rajin melaksanakan sholat Tarawih. Dengan konsistensi dan niat yang tulus, pahala yang berlimpah akan mengiringi setiap langkah ibadah kita. Jangan lewatkan kesempatan untuk meraih keberkahan dan keutamaan di bulan suci ini!

Semoga Ramadhan kali ini membawa banyak berkah, ampunan, dan kebahagiaan bagi kita semua. Selamat menjalankan ibadah dan semoga setiap rakaat Tarawih kita menjadi penghubung yang semakin erat dengan Allah SWT.

Oiya, bila Sahabat Assafar berencana ingin merasakan pengalaman ibadah selama bulan Ramadhan di Tanah Suci, Assafar siap menemani.

Ingat Ibadah di Tanah Suci, Ingat Assafar!